Debat Kesadaran: Apakah Kita Kembali ke Papan Gambar?

October 3, 2023 | by Luna

Kesadaran, inti dari pengalaman subjektif kita, tetap menjadi salah satu misteri terbesar dalam ilmu pengetahuan modern. Menurut sebuah makalah tahun 2022 yang diterbitkan dalam Nature Reviews Neuroscience, empat teori dominan telah muncul, berusaha untuk mengungkap misteri fenomena kompleks ini. Namun, sebuah konsorsium ahli menyebut teori informasi terintegrasi sebagai pseudosains dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan pada 16 September. Tuduhan ini kontroversial karena sebagian besar komunitas ilmiah percaya bahwa pendapat para ahli tersebut tidak terbukti. Berikut adalah sorotan dari debat yang sedang berlangsung.

1. Mengapa Beberapa Ahli Menganggap Teori Ini Sebagai Pseudosains?

Teori informasi terintegrasi telah menjadi suara provokatif dalam wacana kesadaran sejak tahun 2004, ketika ahli saraf Giulio Tononi memperkenalkannya sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan memahami kesadaran. Berakar pada gagasan bahwa kesadaran muncul dari jaringan informasi yang rumit, teori ini mencoba menyediakan jembatan antara pengalaman subjektif dan neurosains objektif. Keunikan teori ini terletak pada pendekatannya, yang menyarankan bahwa bukan hanya otak manusia, tetapi setiap sistem yang menunjukkan tingkat informasi terintegrasi yang tinggi, baik organik maupun buatan, dapat menyimpan pengalaman sadar. Namun, ketika implikasinya mulai dipahami (terutama mengingat booming industri AI generatif yang kita lihat saat ini), teori ini menarik baik pengagum maupun skeptis.

Para penentangnya, dalam surat terbuka yang baru-baru ini diterbitkan, berpendapat bahwa teori ini lebih merupakan spekulasi metafisik daripada ilmu pengetahuan. Para kritikus ini menyoroti tiga masalah utama:

– Pertama, mereka berpendapat bahwa teori ini tidak memiliki dasar empiris yang kuat. Klaim-klaim teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi yang sulit untuk diuji secara langsung.

– Kedua, para penentang menunjukkan bahwa teori ini tidak memberikan prediksi yang spesifik dan dapat diuji. Tanpa kemampuan untuk menghasilkan prediksi yang dapat diuji, teori ini sulit untuk diuji secara ilmiah.

– Ketiga, mereka berpendapat bahwa teori ini terlalu luas dan ambigu. Definisi yang tidak jelas dan ruang lingkup yang terlalu luas membuat teori ini sulit untuk diuji dan diverifikasi.

Trio kekhawatiran ini mendorong sebagian komunitas ilmiah untuk menyebutnya sebagai pseudosains, menyiratkan bahwa, bagi mereka, teori ini belum cukup menjembatani kesenjangan antara hipotesis dan teori ilmiah yang dapat diverifikasi. Fakta bahwa teori ini telah mencapai liputan media yang luas (tetapi, bisa dibilang, setengah matang), klaim para ahli, adalah situasi yang berbahaya bagi studi kesadaran, tetapi juga ilmu pengetahuan secara umum.

2. Apa Argumen Melawan Klaim Pseudosains?

Para pendukung teori informasi terintegrasi mempertahankannya sebagai teori yang ketat dan dapat diuji yang menawarkan penjelasan baru dan komprehensif tentang sifat dan asal-usul kesadaran. Mereka berpendapat bahwa surat terbuka tersebut salah menggambarkan dan salah memahami klaim-klaim inti dan implikasi teori ini. Mereka juga menunjukkan beberapa kekuatan dan pencapaian, seperti:

– Teori ini memberikan kerangka kerja yang konsisten untuk memahami kesadaran, menghubungkan pengalaman subjektif dengan aktivitas otak yang terukur.

– Teori ini dapat menjelaskan fenomena kesadaran yang kompleks, termasuk perbedaan antara kesadaran dan tidur, serta perbedaan antara kesadaran manusia dan kesadaran pada hewan.

– Teori ini telah menginspirasi penelitian dan eksperimen yang telah menghasilkan bukti-bukti pendukung.

Para pendukung teori informasi terintegrasi berpendapat bahwa teori ini masih dalam tahap perkembangan dan membutuhkan lebih banyak penelitian untuk menguji dan memperkuat klaim-klaimnya. Mereka menekankan pentingnya terus membuka dialog dan berkolaborasi dengan para penentang untuk memajukan pemahaman kita tentang kesadaran.

3. Bagaimana Dampaknya pada Studi Kesadaran dan Ilmu Pengetahuan Secara Umum?

Seperti kebanyakan perdebatan, solusinya kemungkinan terletak di antara ekstrem. Kontroversi yang mengelilingi teori yang sedang dibahas ini menantang para peneliti untuk menyempurnakan metodologi mereka dan menjadi lebih cermat dalam klaim-klaim mereka.

Perselisihan seperti ini, meskipun memecah belah, dapat merangsang kemajuan dengan mendorong verifikasi yang ketat dan memfasilitasi dialog terbuka. Bagi komunitas ilmiah secara umum, hal ini menjadi pengingat pentingnya tinjauan sejawat dan bahaya dari menerima terlalu cepat teori-teori yang baru muncul. Hal ini menekankan perlunya keseimbangan antara inovasi dan skeptisisme.

Demikian pula, peran media dalam membentuk persepsi publik menekankan kebutuhan akan pelaporan yang bertanggung jawab yang mudah diakses dan akurat. Pada akhirnya, saat kita menjelajahi wilayah kompleks seperti kesadaran, penting untuk berjalan dengan hati-hati, memastikan bahwa pengejaran pengetahuan didasarkan pada bukti empiris dan dialog terbuka yang konstruktif.

Kesimpulan

Semangat yang mengelilingi perdebatan ini menunjukkan signifikansi yang mendalam, terutama di era di mana kecerdasan buatan menantang konsep tradisional kita tentang kesadaran. Memastikan bahwa kedua belah pihak didengar secara menyeluruh adalah penting. Saat kita menyelami kompleksitas kesadaran dan potensi pertemuan dengan chatbot AI, dibutuhkan waktu, pertimbangan mendalam, dan penyelidikan kolaboratif. Dalam perjalanan ini, kesabaran dan dialog terbuka akan menjadi panduan yang paling berharga, memastikan bahwa kita mendekati kebenaran dengan ketekunan dan rasa hormat.

Recommended Article