“`html

June 30, 2025 | by Luna

Investasi AI Meningkat, Namun Penerapan di Sektor Logistik Masih Tertinggal

Strategi Integrasi AI dalam Logistik Perlu Ditingkatkan

Meskipun antusiasme terhadap kecerdasan buatan (AI) terus meningkat, sebuah laporan terbaru menunjukkan perlunya strategi yang lebih baik untuk mengintegrasikan teknologi ini. Studi dari perusahaan logistik AI, Pando, dan firma konsultasi rantai pasokan JBF, mengungkapkan bahwa meskipun investasi AI di perusahaan terus bertambah, penerapan alat-alat ini masih dalam tahap awal. Laporan tersebut, yang menganalisis berbagai studi, menemukan bahwa lebih dari setengah organisasi, yaitu 54%, masih mencari cara untuk menggunakan AI dalam logistik, meskipun 91% dari mereka telah meningkatkan pengeluaran untuk teknologi AI dalam dua tahun terakhir.

Menurut studi tersebut, tantangan terbesar yang dihadapi adalah kualitas data yang rendah, diikuti oleh keterbatasan sistem teknologi dan manajemen perubahan. Meskipun ada hambatan, mayoritas tetap optimis tentang prospek masa depan AI, dengan 92% percaya bahwa AI dapat membantu mereka menavigasi sistem logistik yang kompleks. Laporan ini menyoroti bahwa seiring dengan perkembangan industri logistik, adopsi AI akan menjadi semakin penting untuk menciptakan rantai pasokan yang tahan masa depan. Rantai pasokan kini beroperasi secara real-time, di mana satu gangguan dapat mengacaukan seluruh operasi perusahaan dalam semalam, ujar Abhijeet Manohar, CTO Pando.

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian dan kompleksitas, adopsi AI dalam rantai pasokan dan logistik tidak lagi bersifat opsional; itu adalah kebutuhan dasar. Pentingnya adopsi AI yang semakin meningkat tercermin dalam perusahaan yang membentuk tim khusus untuk penerapannya, dengan 38% perusahaan besar memiliki tim ilmu data yang mengembangkan alat AI logistik khusus, sering kali bekerja sama dengan vendor spesialis.

Masalah lain yang dihadapi adalah kekurangan bakat, yang disebut sebagai hambatan utama oleh 58% responden. Organisasi menggunakan agen AI untuk mengotomatisasi tugas rutin, memungkinkan tim melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit orang. Laporan tersebut menyatakan bahwa AI bekerja untuk mendefinisikan ulang pekerjaan, bukan menghilangkannya. Momen ini ditandai dengan munculnya AI Agenik – sistem yang dapat beroperasi secara otonom, mengambil keputusan proaktif, dan berkolaborasi dengan manusia secara real-time, kata Manohar.

Hambatan regulasi tetap ada, dengan 42% perusahaan mengidentifikasi kepatuhan sebagai perhatian signifikan. Namun, sistem AI semakin mampu beradaptasi dengan persyaratan regulasi yang berkembang melalui kerangka tata kelola yang tertanam. Laporan tersebut menekankan bahwa menunggu kondisi sempurna tidak lagi layak. Sebaliknya, organisasi terkemuka sekarang menerapkan AI dalam aplikasi yang ditargetkan, menggunakan penerapan awal ini untuk mendorong transformasi yang lebih luas.

Melihat ke depan, studi tersebut mengidentifikasi tiga tema yang membentuk fase berikutnya dari AI dalam logistik: AI sebagai keunggulan kompetitif, kolaborasi manusia-AI untuk mendefinisikan ulang peran pekerja, dan interoperabilitas antara jaringan. Penulis menekankan bahwa merangkul AI sebagai komponen kunci dari strategi bisnis adalah hal yang esensial. Lanskap logistik tidak pernah lebih dinamis atau menantang untuk dinavigasi, dan mereka yang memahami cara memanfaatkan kekuatan AI akan lebih tangguh, gesit, dan mendapatkan keunggulan kompetitif yang jelas dalam kompleksitas global saat ini.

“`

Recommended Article