Generative AI: Perubahan Fase dalam Dunia Teknologi
Pertanyaan mengenai apakah Generative AI mewakili langkah evolusi berikutnya atau guncangan masa depan yang mengubah semuanya adalah topik yang sangat penting. Cara kita mengorganisir perusahaan, investasi, sistem pendidikan, pemerintahan, dan masyarakat dalam dua dekade mendatang akan bergantung pada pemahaman kita tentang teknologi ini.
Menurut Antoine Blondeau, salah satu pendiri dan mitra pengelola Alpha Intelligence Capital, Generative AI mewakili sebuah perubahan fase. Ia membuat perbandingan antara monyet dan manusia, menyoroti perbedaan antara persepsi dan kognisi. Meskipun monyet dan manusia sama-sama pandai dalam mempersepsi dan mengoptimalkan lingkungan branda, manusia unggul dalam kognisi karena kita dapat membangun model dunia kita sendiri. Generative AI mendorong AI dari persepsi dan optimisasi ke kognisi, memungkinkan mesin untuk membangun model branda sendiri tanpa bergantung pada masukan manusia. Lompatan harapan yang tidak terduga ini benar-benar luar biasa.
Meng Ru Kuok, CEO grup dan pendiri Caldecott Music Group, berbagi pandangan yang sama dengan Blondeau, dengan menekankan bahwa Generative AI menandakan perubahan fase. Ia menunjukkan bahwa kecepatan pesat pergeseran teknologi ini telah mengubah persepsi kita terhadap peluang yang ada. Ketergantungan kita pada smartphone telah memperkaya kita, mengubah jangka waktu perhatian kita dan informasi yang perlu kita ketahui. Perubahan perilaku manusia ini telah memiliki dampak yang mendalam pada industri musik dan aspek lain dalam kehidupan kita.
Rohan Narayana Murty, pendiri dan chief technology officer Soroco, menawarkan pandangan yang lebih nuansa. Ia berpendapat bahwa Generative AI bukanlah kognisi sejati, melainkan simulasi dari beberapa aspek kognisi manusia. Di Soroco, branda telah mengamati bahwa pola kerja di perusahaan dapat dijelaskan menggunakan kata-kata. Kesadaran ini telah mengarah pada gagasan bahwa AI dapat mengoptimalkan proses kerja dan potensial menggantikan pekerjaan yang dilakukan oleh konsultan. Murty menemukan kemungkinan-kemungkinan ini sangat luar biasa.
Eduardo Saverin, salah satu pendiri dan co-CEO B Capital, merenungkan perkembangan AI melalui lensa kecintaannya pada catur saat masih kecil. Ia menyebutkan Deep Blue, komputer yang mengalahkan grandmaster catur Garry Kasparov pada akhir tahun 1990-an dengan mengandalkan gerakan catur historis dan pemikiran mendalam. Saverin kemudian menyoroti Alpha Zero milik Google, yang belajar bermain catur dengan mengamati permainan daripada mengandalkan gerakan historis. Saverin melihat Generative AI sebagai percepatan signifikan lainnya dalam memanfaatkan alat-alat teknologi. Ia percaya bahwa komputer akan segera mampu memprogram diri sendiri secara efektif, menandai perubahan fase dalam AI.
Sebagai kesimpulan, pertanyaan mengenai apakah Generative AI mewakili langkah evolusi berikutnya atau guncangan masa depan yang mengubah semuanya adalah kompleks. Meskipun beberapa berpendapat bahwa ini menandakan lompatan harapan dan pergeseran dari persepsi dan optimisasi ke kognisi, yang lain melihatnya sebagai simulasi dari kognisi manusia atau alat untuk mengoptimalkan pola kerja. Terlepas dari perspektif tersebut, jelas bahwa Generative AI memiliki potensi untuk merevolusi berbagai aspek kehidupan kita dan membentuk masa depan teknologi.